maafin akuuuu

Minggu, 12 September 2010

total parenteral nutrisi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nurtisi parenteral adalah pemberian nutrient dalam bentuk formula parenteral ke dalam pembuluh balik (vena) yang bisa berupa vena perifer atau vena sentral. Dengan demikian, pemberian nutrisi parenterl memintas saluran cerna. Pemberian nutrisi parenteral total dilakukan untuk pertama kalinya oleh Rhoads dan Dudrick dalam pertengahan tahun 1960-an.
Nutrisi parenteral diperlukan bagi pasien-pasien yang menghadapi resiko malnutrisi namun tidak mampu dan atau tidak boleh mendapatkan kecukupan nutrient jika diberikan lewat mulut atau saluran cerna. Nutrisi parenteral perlu dibedakan dengan pemberian cairan infuse yang hanya terdiri atas cairan, elektrolit dan karbohidrat untuk mempertahankan hidrasi, keseimbangan elektrolit serta memberikan sedikit kalori. Biasanya pemberian nutrisi parenteral total (total parenteral nutrition) atau pemberian seluruh nutrient lewat infuse dilakukan jika pemberian nutrisi oral atau enteral merupakan kontraindikasi. Pemberian nutrisi total parenteral umumnya dilaksanakan lewat vena sentral karena pemberian nutiren dalam jumlah besar membawa konsekuensi peningkatan osmolalitas yang dapat mengakibatkan flebitis (radang vena) jika larutan nutrient tersebut diberikan lewat vena perifer.
Bila hanya sebagian kebutuhan saja diberikan lewat pembuluh darah, pemberian nutrisi ini dinamakan nutrisi parenteral parsial. Nutrisi parenteral parsial dilakukan bila pemberian nutrisi oral atau enteral tidak mencukupi selama lebih dari 5 atau 7 hari. Nutrisi parenteral bisa pula disebut sebagai terapi nutrisi primer atau sebagai terapi nutrisi supplemental atau suportif.
Indikasi nutrisi parenteral sebagai terapi nutrisi primer, nutrisi parenteral diberikan pada keadaan yaitu pertama adalah ketidakmampuan untuk mencerna atau menyerap makanan secara memadai. Keadaan ini dapat terjadi pada kasus-kasus seperti muntah-muntah yang persisten, diare yang berat, sindrom malabsorpsi berat, beberapa keadaan trauma perut, ileus yang lama dan reseksi usus yang luas. Lalu indikasi yang kedua adalah usus harus diistirahatkan. Contohnya adalah fistula enteral serta penyakit inflamasi usus yang kuat yang akut dan tidak memberikan respon terhadap terapi lainnya.
Kontraindikasi nutrisi parenteral yaitu tidak boleh diberikan pada krisi hermodinamik seperti keadaan syok atau dehidrasi yang belum terkoreksi (kontraindikasi absolute). Keadaan seperti kegagalan pernafasan yang membutuhkan bantuan respirator merupakan kontraindikasi relative mengingat metabolism glukosa dapat menambah produksi CO2 yang memperlambat keadaan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Total Parenteral Nutrisi?












BAB II
ISI

A. Pengertian Nutrisi Parenteral Total
Nutrisi parenteral total atau yang lebih dikenal dengan istilah TPN (total parenteral nutrition) digunakan untuk memberikan dukunagn nutrisi dalam jangka waktu lama bagi pasien-pasien yang tidak mampu mengkonsumsi makan per oral dan tidak dapat menjalani pemberian nutrisi enteral. Karena TPN merupakan cara pemberian nutrisi yang mahal, memerlukan monitoring yang terus menerus dan berpotensi untuk menimbulkan komplikasi infeksi, metabolic serta mekanis, tindakan ini hanya dilakukan bila cara pemberian nutrisi yang lain (oral atau enteral) tidak adekuat atau merupakan kontraindikasi sementara dukungan nutrisi dalam waktu yang lama sangat dibutuhkan (Hartono, 2006).
Pertimbangan dalam pemberian TPN:
- Meningkatkan “clinical outcome”
- Meningkatkan status nutrisi penderita
- Memberikan kesempatan untuk melakukan tindakan bedah/tindakan medis lainnya
- Diberikan hanya bila ada indikasi
- Diberikan sesuai dengan kebutuhan penderita
- Diberikan seaman mungkin/bebas komplikasi
- Dibuat komposisi yg semurah mungkin
(Wahyudin, 2009)













Perbedaan PPN dan TPN menurut Wahyudin (2009).
Peripheral (PPN) Central atau Total (TPN)
Bantuan parenteral jangka pendek (sampai 2 minggu) Untuk penggunaan jangka panjang,

Larutan hipotonik (≤900 mOsm/L) Larutan hipertonik (>900 mOsm/L) dapat menyebabkan flebitis sehingga harus membatasi osmolalitas larutan TPN
Intravenous Sites :
- PPN diberikan melalui peripheral vena.

Intravenous Sites :
- Diberikan melalui central venous,bila konsentrasi > 10% glukosa.
- Subclavian atau internal vena jugularis digunakan dalam waktu singkat sampai < 4minggu. - Jika > 4 minggu,diperlukan permanent cateter seperti implanted vascular access device.

Energi dan protein disediakan oleh PPN terbatas karena dekstrosa dan asam amino berkontribusi signifikan terhadap osmolaritas, Elektrolit juga berkontribusi
untuk osmolaritas Dapat menambah larutan yang lebih tinggi osmoralitasnya ke dalam vena sentral


B. Indikasi Total Parenteral Nutrisi
1) Malnutrisi berat dengan penurunan berat badan sebesar 10% atau lebih
2) Kelainan saluran cerna: obstruksi, peritonitis, ganguan pencernaan dan absorpsi, fistula enterokutaneus, muntah-muntah dan diare yang kronis, ileus paralitik yang lama, enteritis radiasi, reseksi usus halus yang luas serta pancreatitis akut yang berat.
3) Kebutuhan suplementasi jika asupan oral tidak mencukupi pada pasien-pasien kanker yang menjalani terapi yang agresif (terapi radiasi maupun kemoterapi).
4) Sesudah pembedahan atau cedera, khususnya luka bakar yang luas, fraktur multiple atau sepsis.
5) Gagal jantung, hati, ginjal yang akut dengan perubahan kebutuhan akan asam amino.
6) Pasien penyakit AIDS (acquired immunodeficiency syndrome)
7) Transplantasi sumsum tulang.
(Hartono, 2006)


C. Kontraindikasi Total Parenteral Nutrisi
1. Saluran GI berfungsi dan dapat dilalui
2. Pasien mengambil diet oral
3. Prognosis tidak menjamin dukungan gizi yang agresif (sakit parah)
4. Resiko melebihi manfaat
5. Pasien diharapkan untuk memenuhi kebutuhan dalam waktu 14 hari
(Faldu, 2009).
D. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
• Dari sisi pasien
Dari sisi pasien yang perlu diperhatikan adalah penyakit dasar pasien, status hidrasi dan hemodinamik, pasien dengan komplikasi penyakit tertentu, dan kekuatan jantung. Kesemua faktor ini merupakan hal yang harus diketahui dokter.

• Dari sisi cairan
1. Kandungan elektrolit cairan
a. Elektrolit yang umum dikandung dalam larutan infus adalah Na+, K+, Cl-, Ca++, laktat atau asetat. Jadi, dalam pemberian infus, yang diperhitungkan bukan hanya air melainkan juga kandungan elektrolit ini apakah kurang, cukup, pas atau terlalu banyak.
b. Pengetahuan dokter dan paramedis tentang isi dan komposisi larutan infus sangatlah penting agar bisa memilih produk sesuai dengan indikasi masing-masing.
2. Osmolaritas cairan
a. Yang dimaksud dengan osmolaritas adalah jumlah total mmol elektrolit dalam kandungan infus. Untuk pemberian infus ke dalam vena tepi maksimal osmolaritas yang dianjurkan adalah kurang dari 900 mOsmol/L untuk mencegah risiko flebitis (peradangan vena)
b. Jika osmolaritas cairan melebihi 900 mOsmol/L maka infus harus diberikan melalui vena sentral.
3. Kandungan lain cairan
a. Seperti disebutkan sebelumnya, selain elektrolit beberapa produk infus juga mengandung zat-zat gizi yang mudah diserap ke dalam sel, antara lain: glukosa, maltosa, fruktosa, silitol, sorbitol, asam amino, trigliserida.
b. Pasien yang dirawat lebih lama juga membutuhkan unsur-unsur lain seperti Mg++, Zn++ dan trace element lainnya.
4. Sterilitas cairan infus.
(Darmawan, 2007)
E. Sterilisasi cairan infus
Parameter kualitas untuk sediaan cairan infus yang harus dipenuhi adalah steril, bebas partikel dan bebas pirogen disamping pemenuhan persyaratan yang lain. Pada sterilisasi cairan intravena yang menggunakan metoda sterilisasi uap panas, ada dua pendekatan yang banyak digunakan, yaitu :
• Overkill: Pendekatan Overkill dilakukan untuk membunuh semua mikroba, dengan prosedur sterilisasi akhir pada suhu tinggi yaitu 121oC selama 15 menit. Dengan cara ini, hanya cairan infus yang mengandung elektrolit tidak akan mengalami perubahan. Namun cara ini sangat berisiko dilakukan pada cairan infus yang mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam amino karena bisa jadi nutrisi tersebut pecah dan pecahannya menjadi racun. Misalnya saja larutan glukosa konsentrasi tinggi. Pada pemanasan tinggi, cairan ini akan menghasilkan produk dekomposisi yang dinamakan 5-HMF atau 5-Hidroksimetil furfural yang pada kadar tertentu berpotensi menimbulkan gangguan hati. Selain suhu sterilisasi yang terlalu tinggi, lama penyimpanan juga berbanding lurus dengan peningkatan kadar 5-HMF ini.
• Non-overkill (bioburden-based) :sesuai dengan perkembangan kedokteran yang membutuhkan jenis cairan yang lebih beragam contohnya cairan infus yang mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam amino serta obat-obatan yang berasal dari bioteknologi, maka berkembang juga teknologi sterilisasi yang lebih mutakhir yaitu metoda Non-Overkill atau disebut juga Bioburden, dimana pemanasan akhir yang digunakan tidak lagi harus mencapai 121 derajat, sehingga produk-produk yang dihasilkan dengan metoda ini selain dijamin steril, bebas pirogen, bebas partikel namun kandungannya tetap stabil serta tidak terurai yang diakibatkan pemanasan yang terlampau tinggi. Dengan demikian infus tetap bermanfaat dan aman untuk diberikan.
(Darmawan, 2007)
F. Metode Pembuatan
Cairan infus yang dihasilkan mempergunakan pendekatan metoda Bioburden melalui proses dan teknologi sebagai berikut :

• Bahan baku (Material)

1. Penyediaan air demineralisata (deionized water), dengan system Reverse Osmosis yang memenuhi syarat, dan penyediaan air untuk injeksi (water for injection) melalui unit distilasi bertahap (multi stage distillation unit) pada suhu 121-140 oC yg bebas pirogen.

2. Bahan baku dengan beban mikroba dan endotoksin (pirogen) tidak melebihi batas yang dipersyaratkan.

• Proses (Metode).

1. Proses produksi dengan semua komponen produk dan peralatan yang berhubungan langsung dengan bahan dilakukan secara otomatis.
2. Design dan kebersihan ruang produksi memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan dipantau secara berkala
3. Pembersihan dan sanitasi peralatan serta fasilitas produksi yang tervalidasi dan terkendali.
4. Penggunaan filter khusus untuk menjamin larutan bebas pirogen dan filter berukuran 0.22 mikron untuk menghilangkan kontaminasi mikroba dan partikel pada tahap pengolahan larutan infus sebelum proses pengisian kedalam botol. (Catatan, pirogen tidak akan hilang hanya dengan pemanasan 121 oC, dengan demikian pemanasan dengan suhu 121oC tidak memjamin bebas pirogen jika tidak difiltrasi.
5. Pembuatan botol, dengan sistem blow moulding pada suhu 1850C dan pengisian larutan di bawah Laminar Air Flow.
6. Proses sterilisasi akhir dari kemasan dan isi di otoklaf pada suhu yang optimal sehingga tidak merusak zat-zat yang rentan seperti dekstrosa, asam amino, albumin dan lain-lain.
7. Pengendalian kualitas (quality control) yang ketat melalui pengujian secara kimia, fisika, mikrobiologi untuk memastikan kualitas larutan dan kemasan produk sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
(Darmawan, 2007)
G. Validasi TPN
• SDM (Sumber Daya Manusia)
Pelatihan SDM penerapan higiene perorangan untuk pengelolaan produk steril dan pemantauan kesehatan dilakukan secara berkala. Pendekatan bioburden umumnya lebih sesuai untuk produk infus dan telah digunakan secara luas di berbagai negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Dari ulasan persyaratan yang diperlukan untuk memberikan pelayanan yang baik dalam terapi cairan, diperlukan teknologi dan pengalaman yang handal baik dari segi petugas kesehatan (dokter dan paramedik) dan produsen produk infus.
(Darmawan, 2007)

H. Algoritma Pemberian Nutrisi Enteral dan Parenteral


I. Komponen
1. Kalori
Kebutuhan energi bagi seorang dewasa yang sehat dengan berat badan normal dan aktivitas terbatas adalah sekitar 30 kcal/kg BB/hari. Keadaan stress seperti demam, pembedahan, tumor, luka terbakar, trauma atau sepsis atau peningkatan berat badan dapat meningkatkan kebutuhan kalori hingga 50-100%. Respon pasien terhadap terapi nutrisi dapat diukur lewat penambahan berat dan atau keseimbangan nitrogen yang positif atau negative.
Biasanya dekstrosa (bentuk glukosa yang mengandung air) merupakan sumber utama energi yang memberikan 3,4 kcal/gram (bukan 4 kcal/gram karena kandungan airnya). Konsentrasi glukosa yang diberikan dalam formula nutrisi parenteral dapat berkisar dari 10% hingga sekitar 25% (yaitu, dalam nutrisi parenteral total) dan tidak melebihi konsentrasi tersebut karena baik orang dewasa maupun anak- anak tidak dapat mengoksidasi glukosa lebih cepat dari 5 mg/kg berat badan/ menit. Jika larutan glukosa diinfusikan terlalu cepat, maka kelebihan glukosa akan diubah menjadi lipid. Jika seorang dewasa dengan berat badan 70kg tidak boleh mendapatkan lebih dari sekitar 200 gram glukosa per hari sementara kebutuhan energinya melebihi 2000 kcal, maka emulsi lipid dapa diberikan untuk memenuhi 30% hingga 50% dari kebutuhan energinya.
Pasien-pasien yang pernafasannya tergantung pada ventilator, jumlah asupan glukosa juga harus dibatasi (tidak melebihi 50% dari jumlah total kalori) karena oksidasi glukosa akan lebih banyak menghasilkan karbon dioksida dibandingkan oksidasi lemak. Demikian pula, jumlah asupan glukosa pada pasien- pasien stroke seharusnya tidak melebihi 200 gram per hari karena dalam keadaan iskemia, otak lebih menggunakan asam laktat ketimbang glukosa. Hipoksemia, peningkatan karbon dioksida dan ion hidrogen juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke dalam otak yang akan menimbulkan edema otak dan penekanan aktivitas SSP. Di samping itu, pada stroke yang merupakan keadaan distres berat akan terjadi resistensi insulin sehingga penambahan glukosa yang berlebihan ke dalam darah dapat mengakibatkan hiperglikemia dengan konsekuensi terjadinya sembab pada dinding pembuluh darah serta jaringan saraf.
2. Protein
Sumber protein pada formula nutrisi parenteral terdapat dalam bentuk campuran asam amino esensial dan non esensial yang konsentrasinya berkisar dari 5% hingga 15%. Jumlah total nitrogen yang diberikan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan harian,dan kedelapan asam amino esensial harus terdapat dengan jumlah yang memadai serta keseimbangan yang tepat. Jumlah asam amino yang diberikan harus bergantung pada perkiraan kebutuhan pasien akan protein (estimated protein requiremen) dan fungsi hati serta ginjal pasien.
Biasanya pada nutrisi parenteral, jumlah protein yang dibutuhkan berkisar 0,8-2,5 gm/kg BB untuk orang dewasa dan 3-4 gr/kg BB untuk anak-anak. Jumlah ini bergantung pada asupan kalorinya, keadaan stres dan simpanan protein dalam otot seperti terlihat pada luka bakar atau enteropati. Protein tidak dapat disimpan tanpa asupan kalori yang memadai dan aktifitas fisik.
Larutan dengan rasio jumlah kalori non protein terhadap jumlah gram nitrogen yang besarnya kurang lebih 150:1 hingga 220:1 diperlukan dan sudah memadai bagi kebanyakan pasien dewasa untuk meningkatkan balance nitrogen yang positif, menggalakan sintesis protein dan menaikan berat badan disamping untuk meminimalkan proses glukoneogenesis. Anak-anak umumnya membutuhkan rasio yang lebih tinggi lagi,yaitu 230-300:1 agar balance nitrogen tetap positif.
Pengurangan kandungan protein dalam formula nutrisi parenteral diperlukan pada pasien insufisiensi hati atau ginjal karena pembarian protein yang berlebih dapat meningkatkan kadar amonia atau ureum. Sebaliknya pasien dengan kehilangan protein yang berat seperti pasien penyakit kanker akan membutuhkan peningkatan asupan protein yang sangat besar. Formula parenteral dengan kandungan protein yang khusus sudah tersedia di indonesia dengan nama dagang seperti EAS Pfrimmer untuk gagal ginjal dan Comafusin hepar atau Aminofusin hepar untuk gagal hati (sirosis hepatik).
3. Lemak
Sediaan bentuk emulsi lemak seperti preparat intra lipid 10%, 20%, dan 30% yang masing-masing mengandung 10, 20 atau 30 gr lemak/100ml dan memberikan 1,1 , 2,0 atau 3,0 kcal/ml. Preparat tersedia dam volume 100 ml atau 250 ml.
Dosis lazim 0,5-1 gr /kg BB/hari untuk memasok kalori sebanyak 30% dari total kalori. Dianjurkan agar pemberian infuse lipid dibatasi pada 2,5gr/kg BB/hari bagi orang dewasa dan tidak lebih dari 4 gr/kg BB/hari bagi anak-anak. Jika tujuan hanya mencegah defisiensi asam lemak esensial diberikan selama 3-4 hari dalam 1 minggu.
Cara pemberian melalui selang infuse terpisah atau bercabang, larutan emulsi lipid lebih mendukung pertumbuhan Candida dan banyak bakteri lainnya dibandingkan larutan glukosa-asam amino sehingga harus diberikan dengan teknik aseptis yang lebih cermat.
Tujuan pemberian untuk meningkatkan asupan kalori dalam keadaan ketika jumlah kalori dari larutan karbohidrat saja tidak mencukupi kebuuhan pasien dan untukmenghindari kemungkinan defisiensi asam lemak esensial.
Kontraindikasi penyakit hati yang berat,hiperlipidemia berat, atau riwayat alergi yang hebat terhadap telur, aterosklerosis, kelainan pembekuan darah, pankreasitis atau jenis-jenis penyakit paru-paru tertentu.
Mekanisme kerja dari karnitin yang merupakan derivate asam amino lisin akan menstimulasi masuknya asam lemak rantai panjang kedalam mitokondria sehingga asam lemak tersebut dapat dioksidasi sebagai sumber energi.
4. Vitamin dan Mineral
Konsentrat multivitamin dapat ditambahkan ke dalam formula parenteral menurut RDA dan menurut kebutuhan pasien. Vitamin C kadang-kadang disuntikan langsung ke dalam pembuluh vena atau lewat selang infuse. Vitamin K dan B12 tidak bisa ditambahkan ke dalam formula parenteral karena aktivitasnya akan hilang. Karena itu vitamin B12 harus diberikan melalui suntikan intramuskuler sebulan sekali. Vitamin K juga bisa disuntikan melalui suntikan intramuskuler menurut hasil pmeriksaan waktu protrombin. Dosis pemberian vitamin K biasanya 10 mg /minggu. Asam folat tidak dapat bercampur dengan riboflavin sehingga harus disuntikan tersendiri dengan dosis 5mg/minggu.
Pemberian cairan infuse tertentu yang mengandung elektrolit bergantung pada hasil pemeriksaan jasmani dan kadar elektrolit pasien. Pasien-pasien yang mendapatkan nutrisi parenteral selama lebih dari satu bulan juga dapat mengalami deplesi trace minerals. Untuk itu pemberian formula trace mineral dianjurkan oleh Asosiasi medik Amerika, di Indonesia penyuntikan preparat trace minerals masih belum lazim dilakukan.


J. Contoh Sediaan Total Parenteral Nutrition
1) OTSU-D5
Kandungan: Glukosa
Indikasi : Larutan nutrisi yang memberikan 200 kKal/Liter.
Terapi cairan pengganti selama dehidrasi dan syok.
Kontraindikasi : Hiperglikemia (keadaan kadar glukosa darah yang tinggi), diabetes insipidus, sindroma malabsorpsi glukosa-galaktosa, anuria (tidak dibentuknya kemih oleh ginjal), perdarahan intrakranial dan intraspinal.
Perhatian : Gagal ginjal, trauma sebelum operasi atau sesudah operasi, sepsis (reaksi umum disertai demam karena kegiatan bakteri, zat-zat yang dihasilkan oleh bakteri atau kedua-duanya) berat.
Efek samping : Jarang : hiperglikemia, iritasi lokal, anuria, oligouria (sekresi kemih yang berkurang dibandingkan dengan masukan cairan), kolaps sirkulatori, tromboflebitis, udema, hipokalemia, hipomagnesia, hipofosfatemia.
Kemasan : Infus 5 % x 100 mL.
2) Ringer Glukosa
Kandungan : Per 1000 mL Glucose 50 gram, NaCl 8,6 gram, KCl 0,3 gram, CaCl2 0,33 gram, air untuk injeksi ad 1,000 mL.
Indikasi : Menambah kalori, mengatasi dehidrasi isotonis, pengganti cairan tubuh yang hilang dalam keadaan asam basa berkeseimbangan atau asidosis ringan dan mengembalikan keseimbangan elektrolit.
Kontraindikasi : Hiperhidrasi, diabetes mellitus, asidosis, kelainan ginjal parah, gangguan pemanfaatan glukosa oleh tubuh pada pasca operasi, sindroma malabsorpsi glukosa-galaktosa.
Perhatian : Payah jantung, udem dengan retensi Natrium, gangguan ginjal, keadaan asidosis laktat, kerusakan hati, sepsis parah, kondisi pra dan pasca trauma.
Efek Samping : Tromboflebitis (pada pH rendah 3,5-5), panas, iritasi atau infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis atau flebitis vena yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.
Kemasan : Larutan Infus 500 ml x 20
Dosis : Injeksi Intra Vena 3 mL/kg berat badan/jam atau 70 tetes/70 kg berat badan/menit atau 210 mL/70 kg berat badan/jam.
3) Comafusin Hepar
Komposisi : Amino acids/Asam amino rantai cabang dosis tinggi 50 % (Isoleucin, Leucin, Valin), Asam amino lainnya, Xylitol, vitamin, dan elektrolit.
Indikasi : Seluruh kasus-kasus berat insufisiensi hati dengan koma eksogenus atau prekoma hepatikum.
Kontraindikasi : Insufisiensi ginjal berat.
Perhatian : Kekurangan Kalium.
Kemasan : Infus 500 ml
Dosis: 1000-1500 ml/hari melalui infus dengan kecepatan 40-60 ml/jam atau 15-20 tetes per menit.
4) Eas Pfrimmer
Kandungan : Per liter : 8 Asam amino esential termasuk Histidin (esensial untuk penderita uremia) 69 gram
Indikasi : Azotemia (kehilangan urea atau senyawa nitrogen lainnya dalam darah), gagal ginjal akut, insufisiensi ginjal kronis tingkat lanjut, setiap selesai dialisis untuk mengganti asam amino yang hilang akibat dialisis.
Kemasan: Infus 250 ml x 1's.
Dosis: 250 ml/hari. Kecepatan infus maksimal : 20 tetes/menit.
K. Evaluasi Sediaan TPN
L. Komplikasi
1. Komplikasi Teknik














2. Komplikasi Infeksi









3. Komplikasi Metabolik












(Wahyudin, 2009).

TUGAS TERSTRUKTUR PERBEKALAN STERIL “LIPOSOM SEBAGAI SISTEM PENGHANTARAN” OBAT KANKER

TUGAS TERSTRUKTUR PERBEKALAN STERIL
“LIPOSOM SEBAGAI SISTEM PENGHANTARAN”
OBAT KANKER


BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Modifikasi dan pengembangan sediaan obat oleh para ahli saat ini terus dikembangkan guna mendapatkan terapi obat yang efektif dan efisien dalam penanganan suatu penyakit. Obat-obat dengan dosis tinggi pada penggunaanya dan memiliki efek samping serius mendapatkan perhatian khusus misalnya kanker dan gangguan imunologik menjadi perhatian para ahli untuk terus diteliti dengan upaya mendapatkan obat yang aman dan lebih efektif dengan efek samping yang seminimal mungkin. Hal ini disebabkan karena obat antikanker ataupun imunosupresan yang tersedia masih banyak menimbulkan efek samping dibandingkan manfaat obat karena dibutuhkan dosis tinggi untuk jangka pemberian yang cukup lama. Salah satu cara menurunkan efek samping tersebut adalah dengan menginkorporasikan obat antikanker ataupun imunosupresan ke dalam pembawa obat (drug carrier) yang telah banyak diteliti yaitu liposom/ nanopartikel.

Nutraceuticals dan peningkatan produksi bahan bio-kompatibel Rekayasa nanopartikel adalah alat penting untuk menyadari sejumlah aplikasi pada pengiriman obat-obatan, baik secara in vitro dan in vivo diagnostik. Harus diakui bahwa tidak semua partikel yang digunakan untuk tujuan medis sesuai dengan yang diusulkan dan sekarang baru-baru ini diterima secara umum definisi dari ukuran ≤ 100 nm. Namun, hal ini tidak selalu berdampak pada fungsi mereka dalam aplikasi medis.

Nanopartikel adalah bahan dengan keseluruhan dimensi dalam skala nano, yakni, dibawah 100 nm. Dalam beberapa tahun terakhir, bahan-bahan ini telah muncul sebagai pemain penting dalam kedokteran modern, dengan aplikasi mulai dari agen kontras dalam pencitraan medis untuk pembawa untuk pengiriman gen ke dalam sel-sel individual. Nanopartikel memiliki sejumlah properti yang membedakan mereka dari bahan-bahan massal hanya berdasarkan ukuran mereka, seperti reaksi kimia, penyerapan energi, dan biologis mobilitas.

B. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Secara teoritis, sebagai syarat untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Perbekalan Steril.
2. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan informasi tentang Liposom/nanopartikel, baik pengertian, fungsi, aplikasi sediaan dalam farmasi, mekanisme kerja, serta keuntungan ataupun kerugian.


C. RUMUSAN MASALAH

Dalam penulisan makalah yang berjudul ’’ LIPOSOM SEBAGAI SISTEM PENGHANTARAN OBAT KANKER ’’ kiranya perlu dikemukakan adanya rumusan masalah agar nantinya dapat menjadi pedoman untuk mencapai sasaran. Dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian liposome/nanopartikel ?
2. Bagaimanakah mekanisme masuknya obat ke dalam liposom?
3. Bagaimanakah mekanisme kerja liposome/nanopartikel sebagai sitem penghantaran obat dalam tubuh?
4. Apa saja contoh bentuk sediaan dengan system liposom/nanopartikel?




BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN STUKTUR LIPOSOME
Liposom adalah suatu vesikel berair yang dikelilingi oleh membran lipid lapis ganda uni lamelar atau multilamelar yang digunakan sebagai sistem penghantaran obat. Liposom atau gelembung lemak merupakan partikel koloid yang terdiri dari molekul-molekul fosfolipid sebagai konstituen utama dalam pembentukan lemak lapis ganda tertutup atau obat-lemak kompleks lembaran cakram.





Membran lapis ganda penyusun liposome terdiri dari fospholipid. Fosfolipid adalah suatu senyawa ampifilik yang mempunyai struktur dasar gliserol (gambar .2), terdiri dari bagian kepala yang polar ( gugus fosfat) dan bagian hidrofobik ( satu atau dua molekul asam lemak). Senyawa ini bermuatan netral sampai sedikit negatif. Fosfatidil kolin adalah salah satu fosfolipid yang paling banyak digunakan dalam sistem liposom, terbuat dari telur atau kedelai dan sekarang tersedia dalam bentuk sintetisnya sehingga komposisi asam lemak dari fosfatidilkolin ini dapat diketahui dengan jelas.

Alasan mengapa nanopartikel ini yang menarik untuk tujuan medis didasarkan pada penting dan fitur unik, seperti permukaan mereka untuk rasio massa yang jauh lebih besar daripada partikel lain, sifat-sifat kuantum mereka dan kemampuan mereka untuk menyerap dan membawa lain senyawa. Nanopartikel mempunyai relatif besar (fungsional) permukaan yang mampu mengikat, menjerap dan membawa senyawa lain seperti obat-obatan, probe dan protein.

Liposome
Liposom dibentuk dari pembengkakan fosfolipida ( misalnya lesitin ) yang didispersikan dalam air. Dalam hal ini terbentuk apa yang dinamakan vesikel. Vesikel adalah lapisan lipoid yang tersusun konsentris, yang dapat diselingi dengan lapisan air. Dapat dibedakan antara vesikel mikro (dengan garis tengah minimal 25 nm ), yang terdiri dari sejumlah kecil membrane berlapis ganda dan dinyatakan sebagai liposom unilame lar, dan vesikel yang dibangun dari sejumlah besar lapisan ganda tersusun konsentris sehingga dinamakan vesikel makro dan dinyatakan sebagai liposom multilamelar.
Pembentukan structural liposomal semacam itu hanya berlangsung pada konsentrasi fosfolipida yang rendah dan sangat bergantung set aktif, kepada bangun nkimia fosfolipida dan juga dari harga PH, konsentrasi ion dan besaran berpengaruh lainnya. Kondisi gel terbentuk pada awalnya, yang disebabkan oleh pembentukan lapisan, pada suhu yang meninggi akan berubahb menjadi kondisi cair.
Liposom sangat menarik bagi dunia farmasi, oleh karena bahan obat hidrofil dapat diakomodasikan pada lapisan lipoid. Sejumlah besar zat aktif, khususnya enzim sitostatika,streoida,insulin, dan lain-lain dapat diintergrasikan ke dalam liposom. Penambahan kolesterol dapat menstabilkan liposom dan mempengaruhi pelepasan bahan obat. Setelah pemberian injeksi intravenous, liposom akan didistribusikan sangat cepat ke dalam organusme dan khususnya ke dalam limpa dan hati.Struktur liposom yang sangat mirip dengan dinding sel memungkinkan penyerapan bahan obat ke dalam sel, bisa melalui suatu fusi atau proses endositisis.
Liposom sebagai pembawa atau carier bekerja sesuai fungsi pelindung bagi bahan obat yang terjerat di dalamnya dari perusakan bagi bahan obat yang terjerat di dalamnya dari perusakan enzimatis selama dalam perjalanan menuju organ tujuan. Keuntungan ini tentu saja sangat berarti, namun sebaliknya kerugian yang dimiliki dalam penggunaan terapeutiknya adalah bahwa fosfolipida tidak stabil secara kimia dan daya tahan fisika liposom pada suhu biasa,rendah.
Konsep-konsep penelitian bertitik tolak pada kenyataan bahwa seperti halnya liposom yang mirip denga sel buatan, juga eritrosit atau sel-sel lain yang cocok dapat mengangkut bahan obat ke sel tujuannya atau menempatkan zat aktif dalam aliran darah secara kontinyu.
Kapsul nano
Pengkapsulan nano diartikan sebagai penyelimutan system miselar ( polimerisasi misel ), emulsi mikro atau bahan padat koloidal (polimerisasi batas permukaan ) menjadi partikel ultra halus dengan suatu selimut padat. Partekel yang terselimuti, ukurannya berada disekitar daerah nanometer (30-300 nm ), yang membentuk system koloidal jika dilarutkan. Hasil yang tetlah diperoleh sampai saat ini dan pengujian yang masih berlangsung memungkinkan timbulnya dugaan bahwa bahan obat, juga antigen, antibody dan toksin yang dikapsulnanokan untuk preparat injeksi dapat digunakan denga efektifitas diperpanjang.
Prinsip pembuatannya berlangsung seperti hal berikut ini. Larutan zat aktif dalam air didistribusikan di dalam cairan hidrofob ( misalnya n-heksan ) yang mengandung tensed dengan bantuan pengadukan secara intensif sehingga terbentuk tetesan sangat halus dalam skala ukuran nanometer. Dengan penambahan monomer pembentuk film yang cocok, suatu katalisator serta bahan pembasah yang terakumulasikan pada lapisan batas bahan pelarut air/lipoid, akan terjadi suatu polimerisasi. Setelah menggantikan fase hidrofob yang berlaku sebagai bahan pendispersi dengan air, kapsul nano yang terbentuk dipiosahkan ( filtrasi ultra, sentrifugasi) dan diikuti denga proses pencucian. Kerapatan selimut gel dapat dikendalikan.

Partikel nano
Untuk pembuatan partikel nano, zat aktif diasosiasikan denga makromolekul yang berasal dari alam misalnya gelatin atau albumin di dalam larutan. Melalui penambahan bahan hidrofil (elektrolit, alcohol ), molekul bahan pelarut akan ditarik keluar dari system sol yang menyebabkan terjadinya desolvatasi yang mengakibatkan terbentuknya koaservasi ultra halus. Dengan demikian bahan obat akan terjerat didalam partikel nano yang terdapat sebagai kerutan serabut. Melalui pengamatan dan pengendalian dibawah mikroskop pada kondisi ini ( pra koaservasi) akan tampak proses pengerasan akibat penambahan bahan prajurit silang. Setelah pengumpulan dan pemurnian pellet nano ( 150-500 nm) yang diperoleh menggunakan filtrasi ultra, kemudian didispersikan kembali ke dalam system mengandung air setelah disimpan dalam pengering buatan. Yang ditekankan dalam hal ini adalah pemberian intravenous yang menyebabkan akumulasi partikel nano di dalam hati, limpa dan system retikuloendotelial. Zat aktif akan dibebaskan melalui proses perusakan


B. MASUKNYA OBAT KE DALAM LIPOSOM ( DRUG LOADING )

Masuknya obat ke dalam liposom harus terukur dengan alat ukur. Bila pemasukan obat kurang maka rasio obat per lipid juga kurang. Hal ini akan berkaitan dengan pencapaian tingkat terapetik obat atau akan memerlukan sejumlah besar lipid untuk mecapai tingkat tersebut. Bila cara pemasukan obat tidak efisien maka akan kehilangan zat aktif selama proses tersebut sehingga penggunaan liposom sebagai penghantar obat menjadi tidak efisien dan tidak ekonomis (Barenholz,2003).

Klasifikasi obat yang dapat dimasukan dalam liposom dilakukan berdasarkan koefisien partisi minyak/dapar dan oktanol /dapar yaitu :
1) Senyawa hidrofilik (larut air) dengan harga Kp rendah untuk minyak/dapar dan oktanol/dapar,
2) Senyawa ampifatik, yaitu Kp rendah untuk minyak/dapar dan Kp medium sampai tinggi untuk Kp oktanol/dapar,
3) Senyawa lipofilik mempunyai Kp tinggi untuk minyak/dapar.

Metode pemasukan obat ke liposom dapat dilakukan dengan dua cara :
1) Masuk ke membrane liposom
2) Fase air dalam liposom
Obat yang terjerat dalam membrane liposom mempunyai berat molekul rendah dan tinggi. Obat terjerat karena terjadi interaksi hidrofobik atau interaksi elektrostatik dan atau campuran
ke duanya.

Obat masuk ke bagian air liposom melalui cara pasif untuk jenis obat yang berberat molekul rendah dan tinggi. Obat yang berberat molekul rendah dan terionisasi masuk secara
aktif. Dengan mengetahui koefisien partisi dapat ditetapkan cara obat masuk ke dalam liposom. Setelah itu dapat ditetapkan jenis liposom yang digunakan.

Contoh liposom yang telah disetujui untuk penggunan klinik yaitu : ampoterisin B masuk ke membrane liposom (Ambisome), daunorubisin dan doksorubisin masuk ke liposom secara aktif ke dalam fasa air (DaunoXome dan Doxil). Setelah obat masuk, dapat dikombinasikan dengan struktur liposom dan tempat injeksinya sehingga dapat menentukan kecepatan pelepasan obat. Misalnya penghantaran liposom obat melalui intravena, apabila pelepasan obat lebih lambat dibanding eliminasi obat bebasnya maka liposom obat akanmenentukan farmakokinetik dan biodistribusi obat. Bila proses eliminasi lebih cepat maka formulasi liposom gagal. Hal ini terjadi pada siprofloksasin yang dimasukkan dalam stealth liposomes ( Barenholz, 2003).


C. MEKANISME KERJA LIPOSOME/NANOPARTIKEL SEBAGAI SISTEM PENGHANTARAN OBAT DALAM TUBUH

Di antara bidang aplikasi lain nanopartikel, pemberian obat adalah salah satu yang paling maju. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh keberhasilan dan polimer berbasis liposome drug delivery systems.
Polimer berbasis sistem pengiriman obat dapat dikategorikan sebagai obat polimer, polimer konjugat protein, polimer konjugat obat, dan polimer micelles. Obat polimer biasanya polimer alami yang dikenal memiliki antivirus atau karakteristik antitumor. Polimer protein konjugat paling sering menggunakan PEG. Polimer-obat konjugasi adalah bertujuan untuk meningkatkan spesifisitas kelarutan dan berat molekul rendah obat-obatan. Terakhir, polimer micelles biasanya dibuat dengan amphipilic polimer yang terbentuk dalam larutan micelles dengan obat yang terjebak di dalam micelles.

Pembentukan dua lapis dianalogkan dengan mencampur minyak dan air Menambahkan tetes minyak ke wadah air menyebabkan tetesan minyak untuk menggabungkan secara spontan dengan satu sama lain untuk meminimalkan area permukaan yang bersentuhan dengan air. Dalam sel, sebagian besar interior terdiri dari air dengan beberapa bagian yang tertutup oleh lipid yang cenderung agregat bersama untuk membentuk membran.

Masuknya obat ke dalam liposome harus terukur dengan alat ukur. Bila pemasukan obat kurang maka rasio obat per lipid juga kurang. Hal ini akan berkaitan dengan pencapaian tingkat terapetik obat atau akan memerlukan sejumlah besar lipid untuk mecapai tingkat tersebut. Bila cara pemasukan obat tidak efisien maka akan kehilangan zat aktif selama proses tersebut sehingga penggunaan liposom sebagai penghantar obat menjadi tidak efisien dan tidak ekonomis (Barenholz,2003).

Klasifikasi obat yang dapat dimasukan dalam liposom dilakukan berdasarkan koefisien partisi minyak/dapar dan oktanol /dapar yaitu :
1) Senyawa hidrofilik (larut air) dengan harga Kp rendah untuk minyak/dapar dan oktanol/dapar.
2) Senyawa ampifatik, yaitu Kp rendah untuk minyak/dapar dan Kp medium sampai tinggi untuk Kp oktanol/dapar.
3) Senyawa lipofilik mempunyai Kp tinggi untuk minyak/dapar.
Metode pemasukan obat ke liposom dapat dilakukan dengan dua cara :
1) Masuk ke membrane liposom dan
2) Fase air dalam liposom.


D. PENGENDALIAN MUTU DAN CONTOH BENTUK SEDIAAN DENGAN SISTEM LIPOSOM/ NANOPARTIKEL
Pengembangan formulasi liposom menghasilkan 10 produk komersial berupa liposom dalam bentuk sediaan parenteral dan bukan parenteral telah berhasil dipasarkan. Semua formulasi tersebut telah memenuhi kriteria farmasetika dalam memastikan penampilan liposom, reprodusibilitas dari bets ke bets dan stabilitas disperse liposom telah ditetapkan. Definisi yang diperlukan untuk karakterisasi disperse liposom adalah tahap praformulasi, uji klinis dan tahap akhir produk. Karakterisasi fisika dan kimia liposom sangat kompleks, misalnya ukuran liposom dan lamelaritas sering heterogen dan sulit dijadikan parameter (Crommelin D.J.A., 2003).

Paclitaxel
Paclitaxel adalah terkenal agen anti kanker digunakan untuk mengobati beberapa jenis kanker (seperti ovarium, kulit, esofagus, dan paru-paru). Obat ini mengganggu fungsi sel-sel kanker oleh mikrotubula stabilisasi, sehingga akhirnya dalam apoptosis. Pada awal 2005, bentuk yang berbeda yang dikenal sebagai Abraxane paclitaxel ® disetujui untuk penggunaan klinis. Dalam bentuk ini, paclitaxel telah dimuat dalam nanopartikel polimer alam, albumin, dengan menggunakan tekanan tinggi proses emulsification. Pembawa yang albumin meningkatkan transportasi obat dari aliran darah ke situs tumor dan memungkinkan dosis obat lebih tinggi. Untuk paclitaxel yang nanopartikel menghasilkan rumusan yang disempurnakan untuk cytotoxicity sel tumor in vitro, dan pada saat yang sama meningkatkan efektivitas terapi berkelanjutan dalam sebuah model hewan vivo. Paclitaxel dikemas dalam vitamin E TPGS-emulsified poli (D, L-laktat-co-asam glikolat) (PLGA) nanopartikel, dan sistem ini menghasilkan tingkat lebih tinggi dan berkepanjangan di atas konsentrasi efektif in vivo, tercermin dalam bidang peningkatan di bawah kurva (AUC).

Deksorubisin
Satu pertimbangan penting dalam terapi tumor adalah interaksi antara kemoterapi dan antiangiogenic agen. Gangguan pembuluh darah tumor dapat berdampak pengiriman dari agen kemoterapi dan juga menyebabkan peningkatan ekspresi faktor yang terkait dengan resistensi obat. Peneliti ini disintesis suatu sistem pemberian obat nanopartikel dengan dua lapisan: inti poli-(laktat-co-glikolat) asam (PLGA) dikonjugasikan dengan doksorubisin tertutup dalam liposome yang terdiri dari fosfolipid dikonjugasikan dengan PEG dan combretastatin. Di sini, doksorubisin adalah agen kemoterapi dan combretastatin adalah agen antiangiogenic. Induksi yang signifikan nanopartikel penghambatan pertumbuhan tumor dan memperpanjang umur dari binatang.






















DAFTAR PUSTAKA



http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2673971/.Diakses tanggal 27 maret 2010
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2527668/. diakses tanggal 27 maret 2010
http://www .farmasi.unpad.ac.id/farmaka/v2n3/marlin.pdf– diakses tanggal 27 maret 2010
Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Sediaan Farmasi. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

steril

I. PENDAHULUAN
Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pirogen yang digunakan untuk tujuan pencucian dan pembilasan.
Larutan irigasi adalah sediaan larutan steril dalam jumlah besar. Larutan tidak disuntikkan ke dalam vena, tapi digunakan di luar sistem peredaran darah dan umumnya menggunakan jenis tutup yang diputar atau plastik yang dipatahkan, sehingga memungkinkan pengisian larutan dengan cepat. Larutan ini digunakan untuk merendam atau mencuci luka2. Sayatan bedah atau jaringan tubuh dan dapat pula mengurangi pendarahan.
Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi
4. bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat diekskresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
8. bebas pirogen
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan merendam luka atau lubang operasi, sterilisasi pada sediaan ini sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.( Ansel hal 399 )
Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan untuk irigasi ( seperti irigasi pada rongga tubuh, jaringan atau luka ). Larutan irigasi NaCl hipotonis 0,45% dapat digunakan sendiri atau tanpa penambahan bahan tambahan lain. Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan untuk mengatasi iritasi pada luka. ( DI 2003 hal 2555 ).
Larutan irigasi glisin digunakan selama operasi kelenjar prostat dan prosedur transuretral lainnya. Larutan yg digunakan untuk luka dan kateter uretra yg mengenai jaringan tubuh hrs disterilkan dgn cara aseptis.
Larutan irigasi merupakan larutan steril yang disyaratkan bebas pirogen. Pirogen merupakan suatu produk mikroorganisme, terutama dari bakteri gram negatif dan dapat berupa endotoksin dari bakteri ini. Endotoksin ini terdiri dari suatu senyawa komplek yang terdiri dari lipopolsakarida yang progenik, suatu protein dan suatu lipid yang inert.(www.ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf)

II. PEMBAHASAN
Larutan irigasi termasuk kedalam larutan elektrolit. Adapun fungsi dari larutan elektrolit
adalah untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yaitu :
Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya ion klorida dalam jumlah berlebih
Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion natrium, kalium, dan kalsium dalam jumlah berlebih.

a. Analisis Farmakologi
Indikasi masing-masing bahan:
1. Dekstrosa : Dekstrosa digunakan sebagai pengisotonis karena syarat irigasi yaitu larutan harus isotonis. Dekstrosa dikhususkan untuk sediaan parenteral sedangkan glukosa cair tidak cocok untuk sediaan parenteral. Dosis Dekstrosa untuk sediaan parenteral adalah 5%
2. NaCl : digunakan sebagai larutan pengisotonis agar sediaan irigasi setara dengan 0,9% larutan NaCl, dimana larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh. NaCl merupakan zat aktif yang digunakan untuk mengatasi iritasi luka
3. Aqua pro injeksi : digunakan sebagai pelarut zat aktif dan zat tambahan, karena NaCl dan dekstrosa larut dalam air.




b. Preformulasi
NaCl (Natrium klorida)
(FI IV hal. 584)
Rumus molekul : NaCl
Bobot molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g setara dengan 17,1 mmol NaCl.
2,54g NaCl ekivalen dengan 1 g Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol
Sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan pengguratan partikel dari tipe gelas
pH : 4,5 –7(DI 2003 hal 1415) 6,7-7,3
OTT : logam Ag, Hg, Fe
E NaCl : 1
Kesetaraan E elektrolit : 1 g ≈ 17,1 mEq
Konsentrasi/dosis : lebih dari 0,9%. Injeksi IV 3-5% dalam 100ml selama 1 jam (DI 2003 hal 1415). Injeksi NaCl mengandung 2,5-4 mEq/ml. Na+ dalam plasma = 135-145 mEq/L
Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
Efek samping : Keracunan NaCl disebabkan oleh induksi yang gagal dapat menyebabkan hipernatremia yang memicu terjadinya trombosit dan hemorrage. Efek samping yang sering terjadi nausea, mual, diare, kram usus, haus, menurunkan salivasi dan lakrimasi, berkeringat, demam, hipertensi, takikardi, gagal ginjal, sakit kepala, lemas, kejang, koma dan kematian.
Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer udem atau pulmonali udem, kelainan fungsi ginjal.
Farmakologi : berfungsi untuk mengatur distribusi air, cairan dan keseimbangan elektrolit dan tekanan osmotik cairan tubuh.
Dalam praktikum larutan irigasi kali ini NaCl 0.9 % digunakan sebagai zat aktif untuk mengatasi iritasi pada luka
Aqua Pro Injeksi
(FI IV hal 112, FI III hal 97)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
Kegunaan : Pembawa dan melarutkan
Cara pembuatan : didihkan aqua dan diamkan selama 30 menit, dinginkan
Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan larut dalam air.
Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan.
Karbon aktif
(FI IV Hal 1169, Martindale hal 79)
Pemerian : serbuk hitam tidak berbau
Kelarutan : praktis tidak larut dalam suasana pelarut biasa
Kestabilan : stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara
Kegunaan : untuk kelebihan H2O2 dalam sediaan
Konsentrasi : 0,1-0,3%
Alasan pemilihan : Karbon aktif inert sehingga tidak bereaksi dengan zat aktif.
Dekstrose
(FI IV hal. 300, Martindale 28 hal. 50, DI hal. 1427, Excipient hal. 154)
Bobot molekul : D glukosa monohidrat 198,17
Rumus molekul : C6H12O16.H2O
Pemerian : Hablur tidak berwarna serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sedikit larut dalam alkohol
E NaCl : 0,16 ( Sprowls hal: 187)
L : 1,9
Konsentrasi : 2,5-11,5% untuk IV (DI 2003 hal 2505). 0,5-0,8 g/kg/jam (DI hal 1427-1429). Untuk hipoglikemia 20-50 ml (konsentrasi 50%)
Khasiat : Sebagai sumber kalori dan zat pengisotonis
Osmolaritas : 5,51% w/v larutan air sudah isotonis dengan serum
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan, dekstrosa stabil dalam keadaan penyimpanan yang kering, dengan pemanasan tinggi dapat menyebabkan reduksi pH dan karamelisasi dalam larutan
OTT : Sianokobalamin, kanamisin SO4, novobiosin Na dan wafarin Na,Eritromisin, Vit B komplek ( martindale 28 hal: 21)
Sterilisasi : autoklaf
PH : 3,5 – 6,5 (dalam 20%w/v larutan air)
Efek samping : Larutan glukosa hipertonik dapat menyebabkan sakit pada tempat pemberian (lokal), tromboklebitise, larutan glukose untuk infus dapat menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit termasuk edema, hipokalemia, hipopostemia, hipomagnesia.
Kontraindikasi : Pada pasien anuria, intrakranial atau intraspiral hemorage
Titik lebur : 83OC

c. Pendekatan Formulasi
NaCl digunakan karena larut dalam air. NaCl berfungsi sebagai zat aktif untuk mengatasi iritasi luka.
Aqua pro injeksi digunakan sebagai pelarut dan pembawa karena bahan-bahan larut dalam air. Alasan pemilihan : Karena digunakan untuk melarutkan zat aktif dan zat-zat tambahan.
Dekstrose digunakan sebagai larutan pengisotonis dalam sediaan larutan irigasi.

d. Formulasi dasar :
NaCl 4,5 gram
Aqua pro injeksi 500 ml
Karbon aktif 0,5 gram
Dekstrose


e. Sterilisasi
Menggunakan metode sterilisasi akhir dengan autoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas.
Prinsip cara kerja autoklaf
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoklaf : suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mensterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan mendidih pada suhu 1210C, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.

f. Evaluasi Sediaan
1. Kejernihan larutan
Kejernihan larutan dapat dilihat dengan kertas hitam dan kertas putih, botol dilewatkan pada kertas hitam atau putih. Jika partikel lebih gelap, maka menggunakan kertas putih agar partikel dapat terlihat. Jika partikel lebih terang, maka menggunakan kertas hitam. Setelah botol dilewatkan pada kertas hitam dan putih, tidak terlihat adanya partikel. Maka larutan irigasi dinyatakan larutan irigasi yang jernih.
2. Volume terpindahkan
Larutan irigasi steril dibuat dengan volum 500ml, tetapi untuk mencegah berkurangnya volume larutan, maka dilebihkan 2 % dari volume larutan, sehingga volume larutan steril yang dibuat adalah 510ml. Setelah disaring dengan dua kali penyaringan didapatkan volum sebesar 500ml sesuai dengan volume yang diinginkan pada pembuatan larutan irigasi
3. Penetapan pH
Praktikum pembuatan sediaan larutan irigasi ini tidak di lakukan penetapan pH.
g. Desain Kemasan






http://www.allegromedical.com
https://www.nutrimedical.com/
ETIKET


Registered SPT 070787 007
Steril-nonpirogenik


LARUTAN IRIGASI NaCl

Tidak untuk injeksi


Tiap 500 ml mengandung :
NaCl 4,5 gram
Aqua pro injeksi a.d 500 ml

Indikasi : mencuci, membilas, merendam luka ( untuk mengatasi iritasi pada luka)
Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar 25-300 C, terlindung dari cahaya, ruang bersih dan kering



PT Elektra Farma
Purwokerto-Indonesia
No Reg : SPT 070787 007
No Batch : 177007
Tgl Daluwarsa : Desember 2020
HET : Rp 20.000


Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase atau jumlah zat aktif dalam volume tertentu, cara pemberian, kodisi penyimpanan dan tanggal kadaluarsa; nama pabrik pembuat dan atau pengimpor serta nomer lot atau batch yang menunjukkan identitas. Nomor lot dan nomor batch dapat memberikan informasi tentang riwayat pembuatan lengkap meliputi seluruh proses pengolahan, sterilisasi, pengisian, pengemasan dan penandaan (Anonim, 1995). Etiket diberi tanda bahwa sediaan tidak digunakan secara injeksi. Hal ini disebabkan karena larutan irigasi digunakan untuk merendam, membilas, mencuci luka yang terluka. Pemberian larutan irigasi memungkinkan sejumlah zat dari larutan dapat memasuki aliran darah secara langsung melalui pembuluh darah luka yang terbuka atau membrane mukosa yang lecet.
Penentuan masa kadaluarsa infuse :
Tanggal kadaluarsa obat (expiration date) adalah tanggal yang menunjukkan efektivitas dan keamanan obat untuk dipergunakan.
Faktor yang mempengaruhi kadaluwarsa obat adalah:
1. Suhu penyimpanan obat
Jika suatu obat tidak disimpan sesuai dengan aturan suhunya, maka ada kemungkinan jauh sebelum tanggal kadaluarsa yang tercantum obat itu sudah rusak.
2. Waktu paruh penyimpanan obat (shelf life)
shelf life adalah waktu yang diperlukan obat agar memiliki daya kerja hngga tinggal separuhnya. Tiap kenaikan suhu penyimpanan 10°C dapat mengurangi waktu paruhnya sebanyak 50%. Dengan demikian, bila obat yang seharusnya disimpan pada suhu 5°C dan mempunyai waktu paruh 4 tahun disimpan pada suhu 15°C, maka waktu paruh penyimpanan menurun menjadi 2 tahun, begitu seterusnya. Berkurangnya waktu penyimpanan obat pun berarti bertambah cepatnya waktu kadaluarsa obat atau obat sudah rusak walaupun tanggal kadaluarsa masih jauh. Obat-obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa antara lain antibiotic 2 sampai 5 tahun, sera, vaksin 6 bulan sampai 1 tahunsetelah pembuatan pabrik dan obat-obat injeksi lainnya.
Untuk sediaan infuse, hampir sama dengan obat yang lain, penentuan masa kadaluarsa biasanya 10 hari setelah batas akhir kadaluarsa yang tertera dalam kemasan. Tetapi masa kadaluarsa juga sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas yaitu suhu penyimpanan dan waktu paruh penyimpanan obat.
h. Informasi obat

























III. PENIMBANGAN
Semua masing-masing bahan pada formula di atas ditambah dengan 2% dari berat formula semula masing-masing, yaitu :
NaCl 0,9%  0,9 gram dalam 100 ml  (dalam 500 ml) = 0,9 x 5 = 4,5 gram  4,5 gram + (2% x 4,5 gram) = 4,59 gram
Karbon aktif 0,1%  0,1 gram dalam 100 ml  (dalam 500 ml) = 0,1 x 5 = 0,5 gram  0,5 gram + (2% x 0,5 gram) = 0,51 gram
Aqua pro injeksi 500 ml + (2% x 500 ml) = 510 ml

IV. CARA PEMBUATAN
Disiapkan alat dan bahan yang akan dibutuhkan dalam pembuatan sediaan larutan irigasi. Ditimbang bahan-bahan tersebut. Setelah bahan-bahan ditimbang, NaCl dan Dekstrose dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000ml, kemudian NaCl dan dekstrose diencerkan dengan Aquades sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai mencapai volume 510ml. Setelah larut, gelas ukur yang berisi NaCl dan dekstrose dipanaskan, kemudian masukkan karbon aktif atau karbon aktif ke dalam larutan tersebut. Aduk sambil dipanaskan hingga mencapai suhu 70oC. Pemanasan karbon aktif bertujuan agar karbon aktif. Penggunaan karbon aktif bertujuan untuk membebaskan pirogen. Setelah didihkan, didiamkan, kemudian disaring hingga jernih, disaring dengan kertas saring selama dua kali penyaringan. Tujuan utama penyaringan adalah penjernihan atau sterilisasi dari suatu larutan. Larutan yang sangat mengkilap (hasil dari penjernihan) memberikan kesan kualitas dan kemurnian yang baik sekali, suatu karakteristik yang sangat diinginkan untuk suatu larutan steril.(Lachman, et al, 1994)
Hasil yang didapatkan larutan irigasi tersebut berwarna hitam karena dekstrose berikatan dengan karbon aktif sehingga pada saat penyaringan karbon aktif tidak tertahan di kertas saring, akan tetapi berikatan dengan dekstrose sehingga lolos dari saringan.
Karbon aktif merupakan cara yang banyak digunakan untuk menghilangkan pirogen. Tetapi dalam sediaan ini karbon aktif tidak dapat digunakan sebagai penghilang pirogen karena karbon aktif dapat berikatan dengan dekstrose sehingga tidak dapat disaring.
Beberapa metode lain yang dapat digunakan untuk menghilangkan pirogen :
1) Cara destilasi
2) Cara pemanasan
3) Cara penyerapan
4) Cara depyrogenasi
5) Dengan penukar ion
6) Dengan gamma radiasi
7) Getaran ultrasonik
(www.ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf)
Larutan dimasukan ke dalam botol infus 500 ml. Kemudian botol infuse ditutup dengan tutup yang sesuai, lalu ditutup dengan aluminium foil. Aluminium foil bertujuan agar sisa-sisa air di luar tidak menyerap ke dalam. Penggunaan aluminium foil juga menghilangkan udara dan penetrasi uap serta mencegah kontaminasi silang setelah sterilisasi. Botol infus yang sudah ditutup dengan aluminium foil, di beri tanda indikator pada permukaannya. Indikator ini bertujuan agar kita dapat mengetahui apakah alat tersebut sudah steril atau belum. Indikator digunakan untuk mengecek duplikasi kondisi dari proses yang sudah dijamin/disahkan dengan menempatkan indikator di tempat dimana terdapat kesukaran terbesar dalam penetrasi panas (Lachman, et al, 1994). Indikator ini akan berubah warna menjadi abu-abu, perubahan warna ini karena pengaruh kelembaban dan panas. Jika terdapat perubahan warna menjadi abu-abu maka alat tersebut sudah steril.
Kemudian di sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Menggunakan metode Sterilisasi akhir dengan Autoklaf karena bahan-bahan yang digunakan tahan panas. Diberi etiket kemudian dilakukan evaluasi terhadap kejernihan larutan, volume terpindahkan, dan penetapan pH.

V. KESIMPULAN
- Larutan irigasi adalah larutan steril, bebas pirogen yang digunakan untuk tujuan pencucian dan pembilasan.
- Persyaratan larutan irigasi adalah sbb :
1. Isotonik
2. Steril
3. Tidak disbsorpsi
4. bukan larutan elektrolit
5. Tidak mengalami metabolisme
6. Cepat diekskresi
7. Mempunyai tekanan osmotik diuretik
8. bebas pirogen
- evaluasi sediaan larutan irigasi meliputi :
1. Kejernihan larutan
2. Volume terpindahkan
3. Penetapan pH























DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2008. Formulasi Steril. http://formulasisteril.blogspot.com. Diakses tanggal 2 Juni 2009

Anonim. 2009. http://ffarmasi.unand.ac.id/fulltext/pyrogen.pdf. diakses tanggal 2 juni 2009

Ansel, Howard C.2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI
Lachman, Leon, Herbert A. Lieberman dan Joseph L. Kanig. 1988. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid III. Jakarta : UI Press
http://www.allegromedical.com. Diakses tanggal 8 Juni 2009
http://www.nutrimedical.com/. Diakses tanggal 8 Juni 2009

calonfarmacist: wilujeng sumping.... ^_^

calonfarmacist: wilujeng sumping.... ^_^
ni blog yang baru aku buat... pgn share ttg farmasi...obat...penyakit...kesehatan,....dan mempererat tali silaturrahmi

wilujeng sumping.... ^_^